Sabtu, 24 Mei 2008

PANTAI UJUNG GENTENG (HARI KEDUA-II)

Dari Curug Cikaso kita melanjutkan perjalanan ke Pantai Cibuaya, kebali dengan ‘kura – kura’. Setelah setengah perjalanan, kami melanjutkan dengan jalan kaki, karena ‘kura – kura’ capek. Perjalanan terasa berat, dengan perut mulai berbunyi, dan terik matahari yang membakar kulit. Tiga per empat jalan, kami beristirahat untuk mengisi perut di gubug Cibuaya. Makanan seadanya terasa nikmat, apalagi ditambah candaan sepasang Kuya Gunung, yang meiliki bola mata mirip. Jalan kaki dilanjutkan, sampai sekitar setengah lima kita menemukan good point. Ombak menjadi teman bermain selanjutnya, sangat mengasikkan, tetapi juga menegangkan. Kenapa?tanya saja kepada sepasang Kuya Gunung.









Makan di pantai Cibuaya


Matahari mulai tenggelam, bersamaan dengan semangat kami. Menjelang magrib, kami akhirnya beranjak untuk kembali ke penginapan. Berjalan di bibir pantai dengan diterangi halo dari cahaya korona, rasa capek tak terasa. Sejam perjalanan, akhirnya sampai juga ke peradaban pinggir pantai dan langsung disambut gonggongan anjing tak beradab. Beberapa menit menyusuri jalan beraspal, sampai juga akhirnya di penginanapan DEWI SARIBUNGA. Air tawar segar siap mengguyur badan yang asin ini.


Halo

. . .
Berjalan gontai menyusuri bibir pantai
Angin darat pengantar nelayan menyapa lembut
Lingkaran cahaya Halo oleh kristal es awan Cirrus menerangi
Di penghujung gonggongan domestikasi serigala menyambut
. . .

Akhirnya perjalanan Pantai Ujung Genteng, diakhiri esok harinya. Ditutup dengan nikmat, sama nikmatnya dengan ‘memperawani’ lobster. Oke, sampai jumpa diperjalan berikutnya. Salam Kuya Gunung.