Jumat, 23 Mei 2008

PANTAI UJUNG GENTENG (HARI KEDUA-I)

Pukul empat tiga puluh pagi waktu indonesia barat, alarm handphone berdering. Air wudlu serasa segar membasuh muka, sujud di pagi hari, wujud syukur hamba kepadaNYA. Ayunan kaki langsung menuju pantai, ingin menyonsong matahari pagi muncul di ufuk timur. Gelak tawa, mengiringi matahari terbit. Perjalanan berlanjut, menyusuri pantai Ujung Genteng. Matahari mengiringi, teriknya menyusup memberi kesehatan.

. . .
Semburat cahaya menyeruak
Melukis langit dengan samar – samar
Segerombol kuya menyerbu
Siluet tegas terbentang
. . .


Kuya Gunung


Behind the sun

. . .
Pasir putih halus menghampar
Karang abu keras menyeruak
Air payau mengalir
Mangrove hijau berarak
. . .


Kuya Gunung at the south toe of west java

TPI tujuan berikutnya, untuk mencari hidangan dasar laut yang menggugah pagi. Nelayan menyuguhi ikan Martin yang besar dan berdarah banyak, tetapi kepiting dan udang lebih menggugah pagi itu rupanya. Masing – masing satu kg kepiting dan udang rasanya cukup mengenyangkan, sembilan puluh ribu rasa – rasanya tidak terlalu mahal untuk hidangan istimewa ini. Hanya saja nasi, teh tawar panas, sambal, dan lalap yang ikut disuguhkan untuk melengkapi olahan dari TPI harus dihargai lima puluh ribu.


Mr Craps


Kepiting TPI setelah diolah warnas setempat
Kembali ke penginapan untuk berkemas melanjutkan perjalanan hari itu, ‘kura – kura tetap setia menemani. The next destination is Curug Cikaso. Perjalanan harus mengarungi sungai besar Cikaso, menggunakan perahu lokal milik warga setempat. Sehingga perjalanan ini cukup menguras kantong, tak kurang dari seratus ribu kami keluarkan bersama. Pengeluaran ini terbayarkan dengan kepuasan akan Curug Cikaso yang alami dan indah.


Di atas perahu mengarungi sungai Cikaso


Curug Cikaso