Jumat, 23 Mei 2008

PANTAI UJUNG GENTENG (HARI PERTAMA)

NIRWANA PANTAI SELATAN

Pesisir Pantai Selatan Jawa Barat
Desa Gunung Batu
Kecamatan Ciracap
Kabupaten Sukabumi


Jelajah alam KUYA GUNUNG untuk kesekian kalinya, mencoba mencari daerah indah, kurang terjamah, ke daerah di ujung selatan Jawa Barat. Pertengahan mei dua ribu delapan, tepatnya tanggal enam belas ekspedisi dimulai. Team KUYA GUNUNG, seperti biasa memberanikan diri berangkat dengan persiapan seadanya. Berbekal sedikit pengalaman ekspedisi-ekspedisi sebelumnya dan pengetahuan secukupnya dari dunia maya. Keseluruhan team hanya tujuh orang, dengan ketua ekspedisi Ogel (Team : Resa, Edd, Medd, Jendy, Aiou, dan Mbak Lul).

Jumat pagi start menuju kota Sukabumi, empat ribu rupiah untuk sampai ke terminal Leuwi panjang dari kampus tercinta. Sesampainya di dalam terminal, kerumunan orang baik memberikan servis gratis, tak menunggu lama kami kembali duduk. Kali ini AC berhembus lembut, delapan belas ribu untuk tiga jam perjalanan, dengan sedikit kejengkelan karena tingkah pengemudi bus yang terlalu santai, mengemudikan bus sambil melayani obrolan penumpang. Jam dua belas kurang lima belas menit, sesampainya di kota Sukabumi kumandang adzan mengundang untuk berjamaah menghadap ke hadiratNYA.

Angkot putih menunggu tanpa dipesan, dua lembar seribuan mengantarkan ke terminal Lembur situ. Kembali kenyataan menyatakan, orang Indonesia adalah orang ramah. Tak menunggu lama, selepas turun dari angkot kami langsung naik ke bus jurusan Surade. Kali ini udara berat terminal berkombinasi dengan terik matahari memanggang kami di dalam bus tua itu. Perjalanan ke Surade dimulai setelah satu jam menanti teman – teman perjalanan. Setengah jam perjalanan terasa biasa, untuk kemudian setelahnya terasa sangat berat. Jalan berliku, naik turun, ditambah lubang – lubang kejutan disambut ‘teknik mengemudi’ sang empunya bus. Tengah perjalanan, jam empat sore bus berhenti di rest area. Tempat ibadah menjadi tempat beristirahat dan bersyukur kepadaNYA. Delapan belas ribu kami bayar untuk perjalanan berat itu.


Di dalam angkot, menuju terminal lembar Situ


Rest Area Sukabumi – Surade

Surade, jam lima lebih. Angkot menuju pantai Ujung Genteng sudah tidak beroperasi. Tetapi hujan tidak turun, jalanan tidak becek, dan ojek pun ada. Untuk ketiga kalinya, keramahan saudara sebangsa kita rasakan. Tetapi angkot yang tak ditunggu malah datang, akhirnya perjalanan berikutnya menggunakan angkot ‘kura – kura’ terasa mengasyikkan, dan menyiratkan ‘sepuluh ribu’ keberuntungan. Bedug magrib dan isya’ telah berlalu, udara pantai mulai terasa. Keberuntungan angkot ‘kura – kura’ nampaknya langsung terbukti, sesampainya di pesisir laut kami diantarkan ke penginapan murah, bersih, dengan fenomena tersendiri. Mulai waktu itu juga free guide kami, sekaligus sopir pribadi tak lain tak bukan adalah sopir angkot ‘kura – kura’. Istirahat sejenak untuk kemudian naik ‘kura – kura’ ke pantai Ujung Genteng. Menikmati pantai di malam hari, ditemani nelayan lobster. Akhirnya, hari itu kami beristirahat jam delapan malam.


Pantai Ujung Genteng

. . .
Perahu – perahu berjajar
Ombak laut beriring
Nelayan bernyanyi
Lobster meringkik
. . .